Keadilan Gender

Moris Muiklon, petani yang menanam jagung, padi dan ubi bersama istrinya, Rosalina Bani. Pasangan suami istri ini aktif dalam komunitas mereka bekerja berdampingan untuk menghapuskan kekerasan dalam lingkungan tempat tinggal mereka. Ibu Bani sudah menjadi relawan konseling penghapusan kekerasan dalam kelompok perempuan di komunitasnya sejak berdiri 2001. Credit: Lara McKinley/OxfamAUS

Moris Muiklon, petani yang menanam jagung, padi dan ubi bersama istrinya, Rosalina Bani. Pasangan suami istri ini aktif dalam komunitas mereka bekerja berdampingan untuk menghapuskan kekerasan dalam lingkungan tempat tinggal mereka. Ibu Bani sudah menjadi relawan konseling penghapusan kekerasan dalam kelompok perempuan di komunitasnya sejak berdiri 2001. Credit: Lara McKinley/OxfamAUS

Keadilan Gender

Indonesia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan warganya. Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi nasional telah memberikan kontribusi dalam peningkatan penyediaan jasa dari pemerintah. Hal ini, pada gilirannya, telah mempengaruhi kesetaraan gender secara positif di beberapa ranah penting, terutama akses pendidikan dan pendapatan.

Namun, pertumbuhan ekonomi belum mengurangi ketidaksetaraan di semua bidang dan banyak masyarakat Indonesia tetap rentan. Perempuan sangat rentan dan miskin, sebagaimana terungkap dalam lndeks Ketidaksetaraan Gender 2012 kinerja Indonesia berada di peringkat 106 dari 148 negara.

Peringkat ini merupakan kombinasi dari tingkat melek huruf perempuan yang rendah, tingkat putus sekolah yang tinggi di kalangan perempuan, rendahnya pembagian pendapatan (salah satu dari tingkat kematian ibu tertinggi di daerah), tingginya tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak, meningkatnya tren fundamentalisme serta rendahnya keterwakilan perempuan secara politik karena proses desentralisasi semacam itu mempengaruhi proses pengambilan keputusan di tingkat lokal yang tidak menguntungkan bagi kesetaraan gender.

Keadilan gender untuk Oxfam berarti perempuan dan anak perempuan berpartisipasi secara seimbang di semua aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya, memiliki peran kepemimpinan, dapat mengakses sumber daya dan jasa, dan berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Keadilan gender menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi perempuan dan anak perempuan, karena hak-hak mereka dilindungi dan mereka memiliki kendali lebih besar atas tubuh mereka dan kehidupan mereka.

Tujuan Keadilan Gender

Pada tahun 2020, 500.000 perempuan dan anak perempuan akan memiliki kendali atas tubuh mereka dan kehidupan mereka, akses terhadap sumber daya dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka dan keluarga serta komunitas mereka. Strategi untuk mencapai tujuan tersebut adalah:

• Membangun komitmen yang kuat dari organisasi mitra dan pemimpin daerah. Hal ini sangat dibutuhkan khususnya dari tokoh adat untuk pencapaian dan kemajuan kesetaraan gender karena hal ini sangat dipengaruhi oleh praktik-praktik budaya dan sosial serta dan kepercayaan masyarakat.

• Memasukkan hak perempuan dan anak-anak dalam peraturan adat. Hal ini merupakan salah satu strategi tepat dalam menjembatani celah antara kebijakan nasional dan praktik sebenarnya dalam masyarakat.

• Oxfam mengembangkan lebih jauh pekerjaan yang sangat sukses, berinvestasi dalam praktik yang lebih luas dan fokus pada perbaikan kelemahan dalam program terdahulu.

• Membangun gerakan perempuan yang kuat di tingkat provinsi dan kabupaten serta menyertakan anak muda dari awal. Hal ini akan membutuhkan pendekatan inovatif yang berkembang dengan memasukkan pemuda, mengembangkan kepemimpinan pemuda atau remaja putri, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meraih capaian ekonomi.

• Memperkuat keterlibatan laki-laki sebagai pelopor gerakan gender dan gerakan anak-anak muda dilihat sebagai strategi yang menjanjikan pada perbaikan kinerja program Keadilan Gender Oxfam. Dalam komunitas yang melibatkan laki-laki dalam memajukan keadilan gender mengalami hasil yang lebih positif dan membuat kemajuan yang baik. Laki-laki lebih mampu mempengaruhi perspektif laki-laki lain misalnya pada masalah kekerasan berbasis gender dan kepemimpinan perempuan.