Keadilan Ekonomi

Aisha Selaka, membawa sebakul ikan diatas kepalanya setelah suaminya pulang melaut sejak malam sebelumnya. Aisha dan suaminya tinggal kampung Lewoleba, Nubatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Credit: Rodrigo Ordonez/Oxfam

Aisha Selaka, membawa sebakul ikan diatas kepalanya setelah suaminya pulang melaut sejak malam sebelumnya. Aisha dan suaminya tinggal kampung Lewoleba, Nubatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Credit: Rodrigo Ordonez/Oxfam

Keadilan Ekonomi

Pertanian dan perikanan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan pedesaan dan merupakan pemberi kerja dan pencipta pekerjaan yang terbesar di Indonesia. Sekitar 41 persen dari masyarakat miskin Indonesia yang tinggal di pedesaan mencari nafkah melalui sektor pertanian.

Perempuan pedesaan merupakan tulang punggung dari pertanian dan perikanan Indonesia serta menjadi kunci untuk kualitas dan produktivitas, adaptasi iklim dan ketahanan pangan yang lebih tinggi, tetapi mereka tidak memiliki akses dan kendali terhadap tanah dan sumberdaya, pelatihan dan modal.

lndeks Kesempatan Ekonomi Perempuan Indonesia pada tahun 2012 adalah 47,5 dari jumlah keseluruhan 100 atau peringkat ke-85 dari 128 negara.

Pada seluruh tingkatan, dari rumah tangga, produsen, dan organisasi buruh, masyarakat sampai tingkat nasional, partisipasi perempuan belum optimal dan kontribusi mereka sering tidak diakui, sehingga kita kehilangan potensi yang petani, nelayan, dan pengusaha perempuan dapat sumbangkan untuk kemajuan perekonomian untuk mengurangi kemiskinan.

Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman terbesar yang dihadapi masyarakat petani dan nelayan serta orang­ orang yang tinggal di daerah pesisir dan pulau kecil seperti banyak masyarakat di NusaTenggara Timur.

Sementara perubahan iklim mempengaruhi semua orang, dampak negatifnya dirasakan oleh orang-orang sangat miskin dan perempuan. Misalnya, tanah longsor yang disebabkan oleh hujan di kawasan hutan gundul mempengaruhi sebagian besar masyarakat miskin pedesaan; perempuan harus bekerja lebih keras untuk mengambil air, kayu bakar dan menyediakan makanan bagi keluarga mereka.

Indonesia memiliki sumberdaya alam yang berlimpah, dan menjadi produsen mineral, minyak sawit, kakao dan budidaya ikan/perikanan. Namun pengelolaan sumber daya tersebut tidak efektif dalam banyak kasus menciptakan konsekuensi negatif terhadap petani miskin dan masyarakat nelayan.

Hal-hal tersebut menciptakan konflik atas tanah dan air, kerusakan mata pencaharian dan lingkungan dan bencana seperti banjir dan tanah longsor. Pencemaran dan perusakan lingkungan lainnya, disertai dengan konversi daerah penghasil makanan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertambangan telah sangat mempengaruhi kehidupan pedesaan.

lndonesia akan mendapatkan keuntungan dari pendekatan terpadu, undang-undang yang lebih masuk akal dan koordinasi yang lebih baik antara kementerian dan unit pemerintah terkait, dan antara pemerintah pusat dan daerah, mengenai pengelolaan sumber daya alam.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menciptakan peluang serta tantangan bagi Indonesia. Agenda ASEAN dalam Pangan, Pertanian dan Kehutanan dan fokus Presiden Joko Widodo pada reformasi agraria dan perdagangan yang adil akan menguntungkan petani dan perekonomian Indonesia.

Namun di sisi lain, Masih banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pendukung dan lingkungan bisnis untuk para petani dan industri pertanian Indonesia untuk menjadi kompetitif.

Peningkatan koperasi pertanian ASEAN sebagai sarana untuk memberdayakan dan meningkatkan akses pasar produk pertanian dari Indonesia mungkin menguntungkan petani skala kecil. Koperasi tersebut bertujuan untuk membangun mekanisme jaringan yang menghubungkan koperasi pertanian yang memenuhi tujuan koperasi pertanian untuk memberi keuntungan bagi petani di wilayah tersebut.

Tujuan Program Keadilan Ekonomi

Pada tahun 2020, satu juta perempuan dan laki-laki diberdayakan untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan melalui pembangunan ekonomi yang adil, berkelanjutan, dan inklusif.
Fokus program adalah:

  • Ketahanan Pangan dan Rantai Nilai Berkelanjutan: Kami akan mendukung orang-orang miskin dan terpinggirkan, terutama perempuan dan produsen pangan skala kecil, di daerah pesisir dan pulau kecil di Indonesia Timur untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, meningkatkan daya tahan mereka terhadap ketahanan pangan dan mengatur perusahaan yang layak dan berkelanjutan dalam rantai nilai yang dipilih.
  • Manajemen Sumber Daya Alam yang lnklusif: Bekerja sama dengan masyarakat pedesaan yang miskin dan terpinggirkan di lndonesia Timur dan daerah penghasil minyak sawit untuk pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik dan inklusif.
  • Mendorong Akuntabilitas Sektor Swasta: Kami akan bekerja dengan mitra kami untuk mendorong sektor swasta agar menunjukkan rasa hormat yang lebih besar terhadap hak-hak buruh, nelayan, pengusaha kecil dan masyarakat yang terkena dampak kegiatan mereka.
  • Warga Perkotaan yang Aktif dan Kewirausahaan Sosial: Kami akan bekerja dengan perempuan dan kaum muda untuk mendorong konsumsi yang ramah lingkungan dan terlibat dalam kewirausahaan sosial untuk membantu memerangi kemiskinan dan ketidaksetaraan.

Di sepanjang program, kami akan memajukan kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan dalam ekonomi dan peningkatan kapasitas untuk mitra dan jaringan kami.

Kami akan mendukung aliansi untuk meningkatkan pengaruh mereka dalam perdebatan nasional, regional dan global pada pangan dan perubahan iklim, hak atas tanah, dan pembangunan berkelanjutan dan inklusif.

Selanjutnya kami akan berusaha untuk menjadi pusat pengetahuan bagi isu-isu yang berkaitan dengan transformasi pedesaan seperti hak atas tanah, ketahanan pangan dan adaptasi perubahan iklim.