Diskriminasi berdasarkan etnis dan agama, yang berujung pada konflik dan kekerasan dengan perempuan sebagai korban mayoritas, bukanlah hal yang jarang terjadi di Indonesia. Maka kondisi damai dan harmonis penting untuk dijaga dan dirawat di Indonesia.
Menyadari hal itu, Oxfam dan organisasi lokal di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur berinisiatif mengadakan program “I am One, I am Many”. Program ini bertujuan untuk memberdayakan anak muda di tiga kelompok organisasi supaya mereka bisa percaya diri menyuarakan keberagaman, perdamaian, dan juga penghapusan kekerasan terhadap perempuan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi pelatihan, lokakarya, diskusi, dan kampanye yang menarik dengan foto, video, lagu, dan wisata ke berbagai tempat ibadah. Adapun materi yang diterima anak muda lewat kegiatan tersebut dan kampanye yang menarik dengan foto, video, lagu, dan wisata ke berbagai tempat ibadah. Adapun materi yang diterima anak muda lewat kegiatan tersebut termasuk upaya menciptakan (peacebulding) dan mendorong kepemimpinan pemuda (youth leadership), gender dan kerja sama dengan media.
Berdiri tahun 2013, Aliansi Kerukunan Antar Pemuda Lintas Agama atau AKAPELA adalah kelompok anak muda yang beranggotakan muda-mudi dari berbagai latar belakang agama dan etnis di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Sadar akan keberagaman sosial dan budaya yang ada di Lombok berpotensi memicu konflik, AKAPELA aktif melakukan diskusi dan kampanye untuk menyuarakan perdamaian. Berlatar belakang konsep Tri Hita Karana dalam agama Hindu, bahwa kesejahteraan hidup bersumber pada keharmonisan antara Tuhan, sesama manusia, dan alam, maka muda-mudi AKAPELA yang juga tergabung di komunitas lokal bernama Insanity di Desa Ubung, Lombok Tengah, berinisiatif mengadakan kampanye perdamaian lewat pendidikan cinta lingkungan.
Lewat kegiatan pendidikan cinta lingkungan, muda-mudi Desa Ubung mengajari anak-anak pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, memilah sampah, membuat pupuk kompos, dan melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dalam mengajari anak-anak, muda-mudi Desa Ubung berusaha menerapkan pendidikan inklusif yang menjangkau semua golongan anak-anak yang ada di desanya, terlepas dari perbedaan status ekonomi, gender, etnis, dan agama.
Ke depan, mereka juga berencana bekerja sama dengan tetua desa untuk melatih anak-anak muda bergiat membuat minyak kelapa, salah satu bahan pokok tradisional yang sudah mulai dilupakan generasi muda di Desa Ubung. Dengan adanya kegiatan pendidikan cinta lingkungan yang inklusif, muda mudi ini percaya keharmonisan alam dan antar sesama manusia di Indonesia bisa lestari di masa depan.