Masyarakat Sipil Dorong Pemerintah Belajar dari Pengalaman Pandemi COVID-19 untuk Resiliensi Berkelanjutan yang Inklusif

NUSA DUA, 26 Mei 2022 – Koalisi Masyarakat Sipil untuk Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 mengajak pemerintah dan masyarakat Indonesia bergotong royong belajar dari pengalaman penanganan COVID-19 untuk membangun resiliensi berkelanjutan yang inklusif. Pesan ini selaras dengan topik-topik tentang pemulihan dan kesiapsiagaan bencana yang diangkat dalam Dialog Tingkat Tinggi, sesi-sesi tematik, hingga panggung Rumah Resiliensi Indonesia di GPDRR 2022 hari ini.
“Kesadaran bahwa COVID-19 bukan hanya perkara medis baru muncul pada semester kedua pandemi. Sejak itu, upaya-upaya pelibatan masyarakat pada unit-unit terkecil komunitas menjadi semakin masif, mulai dari aspek pencegahan, identifikasi, karantina, penyembuhan, hingga pemulihan,” ujar Eko Teguh Paripurno, anggota Dewan Pengawas Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), bagian dari Koalisi Masyarakat Sipil untuk GPDRR, Kamis (26/5).
Menurut Eko, hal ini menunjukkan bahwa penanganan COVID-19 perlu dilakukan dari banyak sisi secara bottom-up, dimulai dari tingkat lokal. Hal ini mulai berjalan setelah selama bulan-bulan pertama pandemi masyarakat hanya ditempatkan sebagai objek medis. Selain itu, tindakan penanganan pandemi dilakukan secara top-down dari tingkat nasional. Perubahan pendekatan ini menunjukkan bahwa pengelolaan pandemi yang berbasis komunitas masih sangat efektif.
Sementara itu, kolaborasi yang inklusif dalam menghadapi risiko bencana pascapandemi COVID- 19 merupakan bagian dari upaya membangun resiliensi berkelanjutan. Dalam konsep resiliensi berkelanjutan, perlindungan kelompok berisiko tinggi (at-risk groups), seperti perempuan, anak-anak, dan orang dengan disabilitas, yang tinggal di wilayah berisiko tinggi harus mendapatkan perhatian serius. Konsep ini telah dipaparkan oleh Presiden Joko Widodo dalam pembukaan GPDRR 2022, Rabu (25/5) kemarin.
Dalam GPDRR 2022 hari ini, Dialog Tingkat Tinggi 3, yang bertajuk Learning from COVID-19: Social and Economic Recovery for All, turut membahas pentingnya resiliensi berkelanjutan yang inklusif pascapandemi. Di Indonesia, situasi pandemi telah memunculkan berbagai gerakan kemanusiaan yang memperkuat koordinasi unsur-unsur Pentahelix, yang mencakup elemen pemerintah, masyarakat, sektor swasta, akademisi, dan media massa.
Gerakan-gerakan ini berkembang seiring hadirnya inovasi-inovasi digital untuk memantau dan mengelola risiko bencana. Contohnya Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), juga portal hasil kajian risiko bencana InaRISK, Data Bencana Indonesia (DIBI), dan Indeks Risiko Bencana (IRBI) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Gerakan dan inovasi ini diharapkan dapat mendorong kesadaran jangka panjang tentang kesiapsiagaan bencana, yang tak melupakan kelompok berisiko tinggi (at-risk groups) seperti perempuan, anak-anak, dan orang dengan disabilitas. Inisiatif-inisiatif inovatif dan kolaboratif seputar informasi kebencanaan untuk manajemen risiko bencana juga diangkat dalam sesi tematik berjudul Data Challenges and Solutions for Disaster Risk Management. Bencana merupakan isu lintas-teritori, sehingga Indonesia mendorong kolaborasi dan berbagi praktik baik dalam tata kelola data, informasi dan pengetahuan kebencanaan mulai dari tingkat lokal hingga global.
Bicara tentang kolaborasi dari tingkat lokal, anggota Koalisi Masyarakat Sipil untuk GPDRR kembali mengingatkan bahwa setiap orang dapat menjadi agen perubahan dalam membangun kesiapsiagaan bencana di komunitas, demi terciptanya resiliensi berkelanjutan yang inklusif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara-cara yang edukatif dan menyenangkan, seperti permainan bertema kesiapsiagaan bencana untuk anak-anak yang dikembangkan oleh Preparedness for Disaster Toolkit (PREDIKT).
“Dengan belajar tentang kesiapsiagaan bencana, anak-anak diharapkan dapat menjadi lebih tenang, lebih siap, dan lebih tangguh dalam mengantisipasi ancaman bencana susulan,” jelas Daris Fauzan, Project Officer PREDIKT, dari panggung Rumah Resiliensi Indonesia di GPDRR 2022.
-----------------------------
Tentang Koalisi Masyarakat Sipil untuk GPDRR
Koalisi Masyarakat Sipil Untuk GPDRR adalah upaya bersama untuk menggemakan dan memperluas pelibatan masyarakat di GPDRR 2022. Koalisi beranggotakan Asia Pacific Alliance for Disaster Management (APADM), DisasterChannel.co, Dompet Dhuafa, Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Yogyakarta (FPRB DIY), Global Network of Civil Society Organisations for Disaster Reduction (GNDR), Humanitarian Forum Indonesia (HFI), Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), OXFAM, Platform Nasional Pengurangan Resiko Bencana Indonesia (Planas PRB), Preparedness for Disaster Toolkit (PREDIKT), Pujiono Centre, Resilience Development Initiative (RDI), SiagaBencana.com, U-Inspire Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum-Emergency Unit (YAKKUM-YEU), Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA)-ActionAid, Yayasan SHEEP Indonesia, dan Yayasan Skala Indonesia.
Terkait dengan upaya di atas, Jejaring Forum PRB di 20 wilayah di Indonesia, Humanitarian Forum Indonesia (HFI), Gerakan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK), Aliansi Pembangunan dan Kemanusian Indonesia (APKI), para Relawan Penanggulangan Bencana Indonesia, dan Masyarakat Sipil di G-20, bekerja sama dengan pemerintah, badan-badan PBB, lembaga donor, dan mitra internasional yang ada di Indonesia, membangun Rumah Resiliensi Indonesia di wahana GPDRR 2022 di Bali.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
Avianto Amri, Koordinator, Koalisi Masyarakat Sipil untuk GPDRR
+628552106610
avianto.amri@gmail.com
Puji Maharani, Komunikasi dan Media, MPBI
+6281291100355
pujimaharani@outlook.com